Samarinda dan Potensi Sektor Perumahan
Oleh: Meivy Helen
Samarinda sebagai ibukota Provinsi Kalimantan Timur merupakan gerbang dari kabupaten dan kota yang ada di Kalimantan Timur seperti Bontang, Kutai Kartanegara, Kutai Timur, dan lainnya, yang memiliki potensi di sektor pertambangan. Bagi Kota Samarinda sendiri, sektor perdagangan, hotel dan restoran memiliki kontribusi terbesar bagi PDRB kotamadya dan terus tumbuh selama 3 tahun terakhir, berbanding terbalik dengan sektor pertambangan yang mengalami penurunan.
Kondisi ini cukup menggambarkan bahwa Samarinda mulai memasuki masa peralihan ekonomi, dimana kota ini mulai memperkuat kegiatan ekonomi perkotaan (perdagangan dan jasa). Masa peralihan ekonomi seperti ini dapat menjadi tolak ukur bagi para pengembang dalam menetapkan target pasar untuk pengembangan properti di Samarinda.
Selain sektor pertambangan yang menurun, Isu lainnya yang cukup mengkhawatirkan adalah kondisi kebutuhan energi yang lebih besar daripada pasokan listrik yang tersedia di banyak area di Kaltim. Hal ini mengakibatkan banyaknya pemadaman listrik dan memberikan kekhawatiran tersendiri bagi para pengembang property di Samarinda.
Pasar Perumahan Di Samarinda
Sebagai kota transit bagi para pekerja migran di sektor tambang dan perkebunan, Samarinda memiliki potensi yang cukup baik di sektor hunian. Hal ini ditandai oleh munculnya pengembang-pengembang perumahan skala nasional sejak sekitar satu dekade yang lalu.
Selama ini pengembangan perumahan di Kota Samarinda bergerak lebih ke arah timur dan utara. Sedangkan kondisi di Samarinda Seberang yang jauh dari aktivitas kota, juga akibat terbatasnya jumlah jembatan penghubung, menyebabkan area ini sedikit tertinggal. Namun seiring pertumbuhan infrastruktur jalan raya, peta persaingan perumahan dapat berubah. Dengan adanya jalan Ringroad dan jalan Bypass ke Jembatan Mahulu, maka perumahan-perumahan baru bermunculan di selatan dan barat laut dari Samarinda. Perumahan baru seperti Citra Grand Senyiur dan Royal Regency telah menyita perhatian pasar, dan mengalihkan minat ke lokasi-lokasi yang sebelumnya tidak terlalu diperhitungkan.
Rata-rata perumahan di Samarinda menawarkan luasan 45/90 (LB/LT), harga rumah yang ditawarakan pun berkisar dari 300 juta hingga 3,5 miliar. Proyek perumahan untuk kelas menengah lebih banyak diminati pembeli. Pengembangan perumahan kebanyakan menargetkan pembeli dari pengguna langsung dari para pekerja migran dari luar wilayah Kaltim, yang mencari hunian bagi keluarga sekaligus rumah singgah saat akhir pekan, dan juga yang memiliki motif pembelian untuk disewakan selama pemilik bekerja di kota lain sekitar Samarinda (Bontang, Sangata, dan kota lainnya). Potensi daya beli Kota Samarinda saat ini masih didominasi oleh kemampuan konsumsi dari PNS maupun pekerja migran.
Selain produk unit rumah, hal lain yang mulai bermunculan adalah apartemen dan perkantoran walaupun masih dalam jumlah yang terbilang sedikit. Ini menunjukan bahwa Samarinda mulai meningkatkan kegiatan ekonomi perkotaan dimasa peralihan ini sehingga tidak hanya bergantung kepada kegiatan pertambangan. Peningkatan kegiatan ekonomi perkotaan ini dapat memperluas target pasar di Samarinda sehingga tidak hanya terpaku pada para pekerja tambang dan PNS namun juga mulai menawarkan para pekerja swasta (perbankan, ritel, dan lainnya).