Pusat Perbelanjaan : Inovasi Tiada Henti

05 Apr 2018

Oleh: Natasya Gracia

Pusat perbelanjaan, yang lebih dikenal dengan sebutan Mall atau Plaza di Indonesia, pada awalnya hanya fokus sebatas pada beberapa tenant utama. Department store dan supermarket adalah contoh-contoh tenant yang menggerakkan dunia ritel di Indonesia di era 80 hingga awal 90-an. Kemudian pasar berubah di dekade 90-an. Sebuah kombinasi tenant yang lebih lengkap menjadi lebih diminati, disaat itu pula bermunculan konsep-konsep mall yang lebih lengkap dan variatif. Sebuah mall cenderung memiliki variasi tenant seperti supermarket, department store, F&B, fashion, bioskop, playground, dan sebagainya. Hal ini terjadi hingga awal dekade 2000-an. Saat itu, tujuan pengunjung datang ke pusat perbelanjaan masih terbatas untuk berbelanja berbagai kebutuhan, makan dan menonton di bioskop. Elemen lifestyle mulai popular di era tersebut, sehingga pusat kebugaran/ gym/ fitness center mulai dibuka di beberapa pusat perbelanjaan kota-kota besar. Pusat perbelanjaan akhirnya memiliki fungsi baru yaitu menjadi salah satu tempat tujuan pengunjung untuk berolahraga. Elemen lifestyle tadi juga mendorong munculnya banyak café atau coffee shops sebagai tempat pertemuan informal, dan juga kegiatan-kegiatan yang sebelumnya tidak ditemukan di dalam mall, seperti nonton bareng pertandingan olahraga, hingga konser di dalam atrium mall.

Tidak hanya untuk melengkapi tenancy mix, pusat perbelanjaan juga terus berinovasi dalam hal konsep, tema dan desain. Dibukanya Grand Indonesia sekitar tahun 2009 sebagai salah satu pusat perbelanjaan terbesar di Indonesia menjadi bukti sukses penggunaan tema-tema interior yang diangkat dari berbagai negara, terutama di area F&B. Dekorasi dan desain yang sangat menarik berhasil mendatangkan banyak pengunjung tidak hanya dari Jakarta tetapi juga dari kota-kota sekitar.

Tak lama kemudian, pusat perbelanjaan mulai menyediakan taman atau ruang terbuka hijau yang luas seperti yang diusung oleh Central Park, yang kemudian banyak dicoba untuk diikuti oleh mall-mall yang baru. Pengunjung diberi pilihan kegiatan yang lebih luas di samping berbelanja dan makan. Berolahraga, sajian live music, beragam acara interaktif, bersantai di taman, mengajak hewan peliharaan bermain, dan banyak kegiatan lainnya dapat dilakukan di ruang terbuka hijau yang disediakan oleh pusat-pusat perbelanjaan. Bintaro Jaya Xchange dan AEON Mall mencoba melakukan hal yang sama untuk menarik lebih banyak pengunjung, walau dengan konsep masing-masing yang sedikit berbeda.

PS-CP-AeonCakung

Akan tetapi, upaya-upaya pusat perbelanjaan untuk menawarkan sesuatu hal yang baru tidak akan pernah berhenti. Saat ini pusat perbelanjaan terus menambah tenancy mix dengan menghadirkan berbagai produk jasa seperti health and beauty (salon, dental clinic, face care, body care, nail care, laboratorium), tempat kursus (pendidikan, musik, art, keterampilan), tempat ibadah (gereja), dan outlet jasa lainnya. Pusat perbelanjaan terus mengembangkan fungsinya sehingga pengunjung dapat melakukan banyak hal atau lebih tepatnya semua kebutuhan dan keinginan dapat terpenuhi di satu tempat.

Inovasi yang dilakukan oleh pusat perbelanjaan tidak hanya sebatas menawarkan tipe tenant baru atau memberikan sebuah fasilitas baru. Dengan preferensi masyarakat yang terus berubah, pusat-pusat perbelanjaan juga harus terus menyesuaikan diri dengan dinamika yang terjadi di masyarakat pada umumnya. Salah satu contohnya adalah preferensi belanja fashion yang sudah semakin berubah, yang saat ini melahirkan perdebatan apakah konsep belanja di department store sudah mulai ditinggalkan oleh masyarakat.

Dengan teknologi yang semakin canggih dan media sosial yang semakin menarik, maka pusat perbelanjaan memanfaatkan hal ini untuk mempromosikan brand atau merk mereka. Sebagian sibuk berlomba-lomba mengusung konsep yang unik dan belum pernah ada di pusat perbelanjaan lain. Desain dan dekorasi yang menarik, suasana yang nyaman, dan berbagai fasilitas pendukung yang memadai, terus diupayakan para pengembang atau pengelola pusat perbelanjaan saat ini. Hadirnya e-commerce yang mengakibatkan peralihan masyarakat ke belanja online juga akan mendorong para pengusaha pusat perbelanjaan untuk terus memutar otak dalam berinovasi demi mempertahankan eksistensinya di bidang ritel. Inovasi pusat perbelanjaan tidak akan pernah berhenti, sebagaimana dinamika pasar yang tidak bisa dibendung. Pusat-pusat perbelanjaan yang kurang cepat menangkap peluang dapat saja tertinggal dan tenggelam dalam persaingan yang semakin sengit. Sementara beberapa lain yang lebih dinamis cenderung sukses dalam menjaga market share-nya. Pemenangnya? Tak lain adalah konsumen yang sekarang memiliki begitu banyak pilihan konsep dan begitu banyak pilihan tenant, terutama di Jabodetabek dimana hampir segala jenis konsep mall sudah dilahirkan.